Batam, Detikzone.net- Polisi sebagai pemelihara keamanan, penegak hukum, dan sebagai pelindung serta pengayom masyarakat.
Namun yang terjadi pada tanggal 7 September 2023, tugas dan fungsi pokok Anggota Polri seakan terciderai ulah sejumlah oknum polisi arogan di Rempang karena diduga secara brutal melakukan kekerasan terhadap warga Rempang hingga memakan korban.
3 orang dewasa mengalami luka tembak gas Air mata, 11 orang siswa dan siswi dan 1 orang Guru SMP 22 Tanjung Kertang terkena gas Air mata.
Mengenai hal itu, Kapolresta Barelang Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto, terkesan bungkam dan Cuek saat dikonfirmasi media ini melalui sambungan telepon WhatsApp.
AL, (53 ), warga Rempang Cate Kecamatan Galang yang enggan disebut nama lengkapnya saat dikonfirmasi media ini mengatakan, pihaknya mengalami luka tembak gas air mata di dada sebelah kanan.
“Saya tidak menyangka menjadi korban tembakan gas air mata yang dilakukan oleh anggota polisi,” ujarnya.
Kejadian tersebut, kata dia terjadi sekira pukul 11.30 wib 7 September 2023.
“Yang jelas polisi yang menembakan gas air mata itu jaraknya sekitar 6 meter,” katanya.
Di tempat yang berbeda JS (24), warga Rempang kepada media ini mejelaskan, kepalanya ditembak dari belakang.
“Saya tidak mengetahui jenis peluru dan senjata apa yang dipakai polisi menembak. Polisi itu tahu jika saya terjatuh saat terkena tembakan karena jaraknya kurang lebih 6 meter,” jelasnya.
“Saat itu kepala saya terluka dan banyak mengeluarkan darah. Pada saat itu, sata tidak sadar diri selama kurang lebih 30 menit, setelah saya sadar dan ditolong oleh warga dan dibawa ke klinik Marinir,” tambahnya.
Ia pun mengecam tindakan oknum polisi yang telah melakukan kekerasan terhadapnya.
“Kami ini masyarakat biasa yang hanya menggunakan tangan kosong,” terangnya.
Sementara, NM, warga Rempang menjelaskan kronologis kejadian terjadinya bentrokan antara warga dan Polisi.
“Hari kamis tanggal 7 September 2023, kami mendapat informasi akan ada pemasangan patok batas di Pulau Rempang, sehingga kami bersama warga berada di lokasi.”
“Pada saat itu, Pol PP, Polisi, serta TNI memaksa masuk untuk melakukan pemasangan patok tata batas tersebut, sehingga terjadilah bentrokan itu,” tukasnya.
Padahal, lanjut dia, warga Rempang ingin mendukung program pemerintah.
“Kami hanya berharap khusus daerah kami jangan di Relokasi karena, kampung kami sudah turun temurun,” pungkasnya .