Sumenep, Detikzone.net- Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) terus melakukan inovasi dan langkah nyata.
Terkini, Dinkes P2KB Sumenep meluncurkan program desa model untuk pencegahan dan penanganan perkawinan anak (Sadel Cepak) di areal timur Tamam Adipura. Minggu (06/08/2023)
Peresmian Sadel Cepak ditandai dengan penandatanganan bersama seluruh komponen masyarakat, untuk menuju Kabupaten Sumenep nol persen perkawinan anak.
Mengawali sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Agus Mulyono menyampaikan, selama 2 tahun terakhir, Kabupaten Sumenep telah menunjukkan prestasi luar biasa dan dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang sudah diterima. Termasuk tentang pencapaian penurunan Stunting yang turun signifikan.
“Dalam dua tahun terakhir Kabupaten Sumenep berhasil menunjukkan prestasi luar biasa bahkan sukses menurunkan prevalensi Stunting sebesar 7,4 persen, dimana dari 29,0 persen menjadi 21,6 persen,” ujar Kadinkes P2KB Sumenep, Agus Mulyono.
Keberhasilan tersebut kata Agus, merupakan gerak bersama di tingkat Kabupaten, Kecamatan maupun Desa dengan melibatkan stake holder terkait.
“Penurunan Stunting ini dinyatakan oleh Kepala BKKBN Pusat sebagai penurunan yang signifikan bahkan lebih tinggi atau lebih bagus pencapaiannya dari 38 Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur maupun secara Nasional yang hanya masing masing 4 persen di Jawa Timur dan di Nasional 2,8 persen,” tutur Agus Mulyono.
Disamping itu, Agus mengungkapkan bahwa hingga Juni 2023, tercatat ada 174 laporan yang masuk di Pengadilan Agama Sumenep terkait dengan permohonan perkawinan anak.
“Kedepan, Kabupaten Sumenep harus bisa menjadi Zero perkawinan anak atau nol perkawinan anak. Sebab perkawinan anak berkontribusi sekitar 30 persen untuk peningkatan Stunting,” tukas sosok religius ini
Oleh karena itu, Kadinkes P2KB menegaskan, untuk mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Sumenep maka perlu dilakukan penanganan maupun pencegahan perkawinan, salah satunya melalui program Sadel Cepak.
“Desa model Cepak cegah perkawinan Anak dipusatkan di 3 Kecamatan, yakni Kecamatan Pragaan, Lenteng dan Kecamatan Kota Sumenep. Masing masing kecamatan tersebut ada satu desa model untuk mencegah perkawinan anak menuju Kabupaten Sumenep Nol perkawinan anak,” tukasnya.
Demi menyukseskan program tersebut, pihaknya sudah melakukan beberapa kali musyawarah. 3 Kecamatan sudah berkomitmen dan bertekad untuk menjadi desa model cegah perkawinan anak di Kabupaten Sumenep.
“Mudah mudahan Kabupaten Sumenep kedepan akan terus berupaya sekuat tenaga secara bersama sama untuk mencapai percepatan penanganan Stunting dari hulu ke hilir,”
Sementara itu, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo meminta seluruh elemen masyarakat mendukung pencegahan perkawinan anak.
Sebab, menurut pemimpin visioner ini, perkawinan anak itu menimbulkan permasalahan, baik kepada mereka sendiri atau keluarganya dan daerah, seperti angka perceraian yang tinggi, risiko tengkes, angka kematian ibu dan bayi, dan kesehatan reproduksi.
“Perkawinan anak merupakan ancaman terpenuhinya hak-hak dasar anak, tidak hanya dampak secara fisik dan psikis, namun juga memperparah angka kemiskinan, tengkes (stunting), kekerasan terhadap anak, putus sekolah, hingga isu kesejahteraan sosial lainnya,” terang Bupati.
Bupati juga berharap agar seluruh kepala bisa mengadopsi inovasi Sadel Cepak untuk dikembangkan di desanya masing-masing, khususnya yang angka perkawinan anak masih tinggi.
“Kepala desa sebagai garda terdepan pencegahan pernikahan anak, agar lebih ketat memberikan izin rekomendasi pengajuan dispensasi bagi warganya, karena pencegahan perkawinan anak memerlukan upaya kolaboratif antara pemerintah dengan seluruh komponen,” tandas Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo.
Sekedar diketahui, pada peluncuran pengembangan desa model untuk pencegahan dan penanganan perkawinan anak (sadel cepak) tersebut juga digelar Jalan-Jalan Sehat (JJS) yang diikuti 700 peserta.