Sumenep, Detikzone.net- Proyek Revitalisasi dan Pembangunan Gedung Pusat Layanan Haji dan Umroh Terpadu Kemenag Sumenep, Madura, Jawa Timur yang bernilai fantastis dengan anggaran 1.704.962.195.51 diduga sarat penyimpangan pada bahan material dan diduga asal untung. Senin, 29/08/2022.
Proyek tersebut dikerjakan melalui CV. ATTHORIQ dengan Konsultan Supervisi bernama CV. Prima Cipta Konsultant dan Konsultan Pelaksana bernama CV. Wijaya.
Hasil investigasi, bahan proyek yang dikucurkan dari dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang berlokasi di Jl. KH. Agus Salim, desa Pamolokan tersebut ditemukan beberapa kejanggalan.
Tidak hanya itu, para pekerja proyek yang dananya dari uang rakyat tersebut pihak pengawas tidak mencontohkan keteladanan saat bekerja dan tidak menerapkan K3, yang mana hal itu adalah salah satu syarat pengerjaan proyek untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja.
Ironisnya, saat media ini mewawancarai pihak tim pengawas bernama Putra dan Sigit asal Bangkalan yang bertugas di lokasi, 05/08/2022, hanya bisa planga -plongo seakan kebingungan tidak bisa menjelaskan secara detail pertanyaan sejumlah wartawan pada saat di lokasi.
Sehingga tim investigasi-pun mendatangi pihak penanggung Jawab dalam rangka konfirmasi.
“Sudah 75 harian,” demikian jawaban Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kemenag Sumenep, Moh. Mabrur saat ditanya pengerjaan yang jangka waktunya 150 Hari. ( 05/08)

Kemudian ia menjelaskan terkait pasir yang tersedia. “Pasir hitam. Pasirian. Sudah saya icip mas, saya lulusan teknik juga mas. Jadi saya kalau pasir itu caranya kalau sampean pengen tahu pasir gunung dan pasir pantai itu, gampang saja. Tukang itu suruh ambil air di timba masukkan pasirnya tinggal beberapa saat ambil airnya, kalau airnya asin berarti pantai. Jadi yang kita butuhkan itu adalah pasir gunung atau pasir vulkanik,” ujarnya.
Ketika disinggung kenapa bisa beda versi dengan pihak pelaksanan yang menyatakan bahwa pasir yang dipakai adalah pasir jawa. Moh. Mabrur menjawab, “Saya tanya spek pasirnya ke pemborongnya. Dia bilang pasirian,” tutur Mabrur.
Menurut Mabrur, apa yang dikonfirmasikan bukan masalah teknis sama sekali.
“Bukan terkait teknis sama sekali karena yang penting adalah output mutu beton,” jelas Mabrur. (05/08)
Detikzone dan tim Aktivis KPK Nusantara, Zainal Fattah kembali mendatangi lokasi pengerjaan pada tanggal 26/08. Di lokasi proyek gedung Revitalisasi Kemenag Sumenep tersebut, para pekerja masih belum jua mempedulikan prosedur proyek terkait K3.
Celakanya, dalam pantauan saat di lokasi, ada beberapa material yang diduga tidak sesuai dengan rencana kerja dan syarat atau Rencana Anggaran Belanja pada salah satu pembelian dan sebagian bahan material balok beton.
Hal itu terbukti saat Detikzone.net dan Aktivis KPK Nusantara melakukan klarifikasi kepada pengawas dari CV. ATTHORIQ yang sebelumnya cuek cuek bebek.
Penjelasan kikuk dan grogi dari pihak pengawas CV. ATTHORIQ yang menjelaskan terkait besi yang dipakai tersebut langsung di cek dan dilakukan pengukuran di lokasi oleh Tim investigasi, kemudian dilakukan pengukuran beberapa spek bangunan sesuai dengan pernyataan Pengawas dari ATTHORIQ.
“Ada beberapa bahan material yang menyimpang diantaranya pada tulangan pembesian memakai besi banci (B) dan material pasir pada sebagian cor yang di luar pemakaian cor beton Riadymix mamakai pasir jawa (Pasuruan) dan masih ada beberapa dugaan penyimpangan lain yang tidak bisa diurai satu persatu,” jelas H. Zainal Fattah.
Kata dia, besi yang dipakai untuk tulangan konstruksi dan plat lantai setelah diukur dengan alat ukur Seqmat ternyata ada besi yang ukurannya tidak sesuai dan jauh lebih kecil dengan stempel besi yang melekat pada besi itu sendiri.
“Dan ini akan menjadi atensi kami,” tukas H Zainal.
Sementara itu saat PPK, Moh. Mabrur dikonfirmasi lebih lanjut ihwal bahan material yang ada pihaknya mengatakan bahwa semuanya sudah atas persetujuan dengan Konsultan.
“Semua bahan material yang dipakai itu atas persetujuan konsultan dan PPK,” jelas Moh. Mabrur saat dikonfirmasi oleh aktivis senior ini.